Ada banyak sekali informasi dalam workshop videografi yang dibawakan pak Andi Januar dari komunitas Belajar Motret (Bemo) pada acara Focus Expo 2015 hari pertama. Karena keterbatasan waktu, seringkali pembicara melewatkan beberapa bagian atau hanya menyinggungnya secara singkat.
Teknologi video telah berkembang dari VCD, DVD, dan yang terbaru terbagi ke HD and Blu Ray. Kesepakatannya adalah bahwa HD digunakan untuk industri profesional, sedangkan Blu Ray digunakan untuk keperluan rumahan. Itulah sebabnya anda melihat DSLR menggunakan teknologi HD dan di elektronik rumah tangga anda dapat menjumpai Blu Ray player.
Video format dapat menggunakan NTSC 30 fps (populer di Amerika Utara) atau PAL 25 fps (populer di Asia, termasuk Indonesia). Dulu kita harus memilih menggunakan salah satu dari kedua format tersebut, tapi sekarang kita dapat dengan mudah mengonversi format tersebut selama kita menggunakan mode progressive.
Tantangan utama dalam membuat video terletak pada audionya. Audio dalam video dapat berupa:
Ada tiga tahapan dalam setiap proses pembuatan video:
Pada tahan pra produksi, ide digali untuk mendapatkan gambaran besar suatu proyek. Ide kemudian dikerucutkan untuk membuat sebuah tema atau menonjolkan poin-poin utama yang menarik dalam sebuah konsep. Riset dilakukan untuk mencari gambaran atau inspirasi, barik berasal dari karya orang lain ataupun dari proyek yang dikerjakan sebelumnya. Survei dilakukan untuk mencari tahu kesulitan teknis yang mungkin akan dihadapi supaya kita dapat mempersiapkan diri untuk mengatasinya nanti. Kemudian konten seperti skrip dan rencana kegiatan disusun sebagai panduan untuk mengenai hal-hal apa saja yang akan diambil saat tahap produksi. Setelah itu perlengkapan disiapkan sesuai kebutuhan dari hasil survei. Tim dibentuk untuk mengeksekusi konten yang telah didesain. Alokasi dana dan tabel waktu pengerjaan kemudian diajukan ke klien.
Bagaimana jika ada proyek dadakan? Bawalah peralatan terbaikmu dan lakukan survei singkat di lokasi sebelum memulai merekam.
Dalam tahap produksi, kita dapat memilih menggunakan satu atau beberapa kamera. Menggunakan lebih dari satu kamera dapat memberikan variasi gambar, misalnya gambar lebar dan gambar close up. Menggunakan satu kamera sebaiknya difungsikan hanya untuk satu tuga spesifik saja, misalnya video saja atau foto saja.
Pada setelan kamera, kita memilih format video (UHD, FHD, HD, DVD) dan white balance (AWB/K/Custom). AWB tidak disarankan karena hasil pewarnaan gambarnya tidak selalu akurat. K direkomendasikan jika anda merekam video di tempat yang sumber pencahayaan utamanya lebih dari satu. Custom white balance direkomendasikan jika anda merekam video dalam ruangan. Untuk Untuk teknis pewarnaan, kita dapat memilih untuk menyetelanya sebelum perekaman atau tidak disetel sama sekali. Anda disarankan untuk menurunkan semua nilai setelan di picture style (sharpness dan contrast) supaya video lebih mudah dimodifikasi saat post produksi
Ada banyak tipe pengambilan gambar dalam video. Biasanya videografer bekerja dalam tim dan menggunakan istilah ini akan memudahkan komunikasi di antara mereka.
Gerakan kamera dapat dilakukan secara konvensional atau ditambahkan dengan variasi lain. Pengaturan pencahayaan mirip dengan fotografi yang biasanya termasuk cahaya utama, cahaya pengisi, dan cahaya belakang.
Beberapa tips selama proses produksi:
Audio direkam menggunakan mikrofon. Anda dapat memilih tipe condenser atau tipe dynamic.
Post produksi menggunakan kombinasi software dan hardware pendukung. Software yang digunakan antara lain software basic editing (memotong, merampingkan, animasi transaisi klip video), software 3D, camera tracking, software compositing. Contoh hardware pendukung ialah Black Magic.