NIDALAP
Memuat...
cari
Jakarta

Tutorial Double Exposure

Saya pertama kali melihat double/multiple exposure photography ketika saya berpartisipasi dalam lomba foto Canon’s Fashion on Stage “Futuristic Fashion” pada bulan Maret 2015 di acara Focus Expo.

Saya tidak menang dalam kompetisi tersebut tapi saya melihat foto-foto dari ketiga pemenang ketika diumumkan. Satu foto yang membuat saya kagum adalah foto dari pemenang ke-2. Saya belum pernah melihat foto seperti itu sebelumnya.

Fotonya tampak jelas seperti foto hasil gabungan beberapa foto. Tapi karena peserta lomba tidak diperbolehkan mengolah foto selain yang dimungkinkan oleh kamera, saya benar-benar heran bagaimana foto tersebut dibuat LANGSUNG dari kamera.

Saya kemudian mencari tahu dan menemukan bahwa ada sebuah fitur yang memungkinkan untuk menggabungkan beberapa foto langsung dari kamera. Fitur itu bernama Multiple Exposure. Fitur tersebut tersedia pada tipe kamera DSLR Canon keluaran relatif baru seperti EOS 1Dx, 5D Mark III, 6D, 70D, and 7D Mark II.

Sayangnya Canon 7D yang saya miliki tidak memiliki fitur tersebut. Saya juga menemukan sebuah video di Youtube yang diunggah oleh Sara K Byrne yang menjelaskan mengenai bagaimana membuat foto double exposure langsung dari kamera. Dalam video tersebut, Sara juga memberikan beberapa tips bermanfaat untuk membuat foto double exposure yang bagus. Tautan ke videonya dapat dilihat di sini.

Ssst! Salah satu teman saya mengatakan bahwa kamera DSLR Nikon sudah memiliki fitur Multiple Exposure sejak D90 dipasarkan, bahkan fitur itu juga ada pada kamera entry level. Saya jadi iri sama pengguna Nikon. :p

Ngomong-ngomong, dari video di atas saya belajar bahwa untuk membuat foto double exposure yang bagus, saya perlu dua hal:

  1. Siluet dari seseorang, baiknya yang difoto dari samping.
  2. Sebuah tekstur untuk mengisi siluet, misalnya dedaunan.

Kedua resep di atas akan menghasilkan sebuah foto abstrak. Saya sangat suka foto double exposure dari Sara yang ini dan saya berencana membuat foto serupa ketika saya sudah memiliki kamera dengan fitur tersebut:

Satu hal yang saya suka mengenai foto double exposure adalah foto tersebut memberikan bentuk unik dari tekstur yang menarik. Saya dapat membuat foto yang bentuknya lebih dinamis daripada geometri awal sebuah foto tekstur dengan menggunakan teknik ini.

Dua bulan kemudian, saya menemukan foto inspiratif lain dari portofolio Cheesenclick yang dimuat dalam ffmagazine edisi Mei 2015 halaman #7:

Foto ini membuat saya sadar bahwa potensi teknik ini lebih dari sekedar membuat foto abstrak. Saya bisa memasukkan elemen foto konvensional bersamaan dengan tekstur ke dalam siluet untuk menciptakan foto semi abstrak. Hal ini semakin membuat saya semakin tertarik untuk mencoba teknik ini sesegera mungkin.


Percobaan Foto Double Exposure Saya – Tahap Pemotretan: Foto Siluet dan Tekstur

Karena saya belum memiliki kamera digital dengan fitur Multiple Exposure, saya terpaksa harus melakukan komposisi fotonya menggunakan Photoshop.

Percobaan pertama dilakukan ketika saya melakukan sesi foto bersama seorang teman saya dari komunitas Tamako. Pada sesi foto tersebut, kami ingin membuat sebuah foto (ya, hanya satu buah foto) yang menyimulasikan sebuah adegan dari film anime Kantai Collection di mana karakter perempuan bernama Yamato diisolir dari zona perang untuk digunakan nanti sebagai kartu truf.

Foto yang dibuat akan menampilkan Yamato sedang berdiri di pinggir pantai, memandang ke arah laut, dan berharap untuk segera dapat kembali ke medan perang.

Waktu pada saat itu menunjukkan pukul 3 sore ketika kami tiba di lokasi pemotretan dan satu jam kemudian kami siap memulai pemotretan. Cuaca pada saat itu panas dan cerah. Terlebih, hanya ada sedikit pohon di lokasi tersebut untuk kami berteduh dan juga lokasi kami sangat dekat dengan waduk.

Langkah pertama yang saya lakukan adalah mengambil foto siluet dari Yamato. Saya memotret langsung ke arah langit di dekat matahari (bukan pada mataharinya, hal ini berisiko membahayakan mata) dan membiarkan teman saya dalam kostum Yamato menghalanginya untuk menghasilkan foto siluet. Berikut adalah foto ketika kami sedang membuat foto siluet. Foto berikut diambil oleh seorang teman kami menggunakan kamera HP:

Langkah berikutnya adalah mengambil foto biasa dari Yamato yang sedang berdiri di pinggir waduk sembari memegang radar berbentuk payung. Kelihatannya pengambilan foto ini mudah, tapi kenyataannya tidak sama sekali. Konstruksi payu..eh, radar nya tidak cukup kuat untuk tetap terlihat seperti payung. Kepala radarnya senantiasa menjadi bengkok jika dipegang agak miring.

Saya mengatasi isu ini dengan mengatur kamera pada mode burst dan meminta teman saya untuk merotasi radarnya ketika berpose sehingga kepala radarnya kembali lurus sesaat, sebelum akhirnya bengkok lagi. Saya menangkap momen ketika radarnya membengkok dan semoga salah satu dari foto yang terambil ada yang memperlihatkan bentuk normal payung. Cara ini berhasil juga setelah dicoba beberapa kali. Huft!

Oya, saya mengambil foto biasa tersebut sedikit lebih lebar dari yang dibutuhkan. Saya juga menyarankan hal ini kepada anda jika anda ingin mencoba teknik ini menggunakan photoshop. Hal ini memungkinkan kita untuk menggeser posisi foto biasa tersebut di dalam bentuk siluet sehingga didapatkan posisi yang pas.

Detil ini tidak perlu dilakukan seandainya kamera anda memiliki fitur multiple exposure karena anda bisa melihat langsung overlay foto yang diambil sebelumnya di layar LCD ketika mengomposisi foto biasa itu.

Saya juga mengambil foto stok dari dedaunan di sana untuk stok foto abstrak nanti. Berikut adalah foto-foto yang saya gunakan dalam proses pengolahan lebih lanjut di photoshop untuk menghasilkan foto double exposure:


Percobaan Foto Double Exposure Saya – Tahap Pengolahan: Belajar dari Kesalahan

Saya mengimpor keempat foto di atas ke dalam Photoshop menggunakan perintah File -> Scripts -> Load Files into Stack. Tujuannya agar keempat foto tersebut dibuka dalam satu file pada layer yang berbeda. Kalau menggunakan perintah File -> Open lalu memilih keempat foto dengan menahan tombol Ctrl atau Shift maka keempat foto nantinya akan dibuka dalam tab file terpisah, bukannya dalam satu tab.

Pertama saya membuat foto abstrak dengan mengubah blending mode dari layer dedaunan ke mode Screen. Lalu dengan menyalakan dan mematikan layer siluet, saya memilih bentuk yang saya sukai. Kemdian saya mentransformasi layer dedaunan sehingga tekstur yang kelihatan di dalam siluet terlihat menarik. Setelah itu, dengan menggunakan adjustment layer Hue/Saturation saya mengubah channel warna kuning pada layer dedaunan ke merah. Saya juga menggunakan adjusment layer Level yang diklip ke layer siluet untuk mengatur highlight sehingga tekstur dedaunan di luar siluet terlihat sedikit, seperti contoh pada foto Sara K Byrne.

Prosesnya relatif sederhana, tapi ketika foto abstrak tersebut dipresentasikan ke komunitas cosplay, mereka sulit mencerna apa foto tersebut dan dari anime apa. Anggota komunitas fotografi lain yang tidak familiar dengan cosplay mengira itu adalah siluet dari seekor anjing (kebayang?). Jadi saya menambahkan logo anime untuk menekankan referensinya. Berikut adalah hasil akhir dari foto abstrak yang saya buat:

Untuk membuat foto yang direncanakan, saya sadar saya telah melakukan beberapa kesalahan. Pertama, saya memotret foto Yamato di pinggir waduk dalam orientasi potret, sedangkan foto siluetnya dalam orientasi lanskap. Ketika digabungkan, hasilnya terlihat buruk. Ujung foto potret terlihat jelas dan tidak semua bagian siluet terisi.

Kesalahan lain yang saya buat adalah bahwa foto siluet semuanya dibuat agak ke sisi kanan, sedangkan foto Yamato nya berada di sisi kiri. Ketika digabungkan, subjeknya malah tidak kelihatan di dalam frame siluet, yang terlihat malah bagian yang bukan ingin ditonjolkan.

Saya mengatasi masalah orientasi foto dengan melakukan cropping dan mengecilkan skala layer siluet sehingga foto Yamato yang biasa dapat muat di dalamnya. Tapi hal ini membuat ukuran fotonya berkurang secara signifikan. Untuk layer foto Yamato yang biasa, saya membalikkan fotonya secara horizontal. Hal ini memberikan saya dua buah keuntungan:

  1. Subjek yang menjadi poin utama yang ingin ditonjolkan sekarang mengisi siluetnya. Tidak ada elemen dalam foto subjek yang dibalik horizontal tersebut yang dapat memberikan petunjuk bahwa fotonya telah dibalik secara horizontal. Kalau pun ada, alternatifnya saya dapat membalik foto siluetnya secara horizontal. Tapi jika ini dilakukan, mungkin keuntungan kedua tidak akan saya dapatkan.
  2. Fotonya menambah suasana adegan yang digambarkan. Dalam cerita animenya, Yamato ingin segera kembali ke medan perang. Menurut pendapat saya, membalikkan fotonya secara horizontal yang menempatkan subjek berada di sisi agak kanan dan menghadap ke kiri membuat seolah-olah si subjek sedang ingin kembali ke masa lalu.

Setelah semua kesalahan sudah diatasi, kini waktunya untuk memoles foto. Saya diinformasikan bahwa anime Kantai Collection menggunakan latar belakang Perang Dunia II, jadi saya membuat perubahan tonal pada foto untuk menyesuaikan situasi gambaran era Perang Dunia II tersebut. Saya mengurangi saturasi foto menggunakan adjustment layer Hue/Saturation dan melakukan toning pada keseluruhan foto menggunakan adjustment layer Gradient Map adjustment layer. Berikut adalah hasil akhirnya:

Teman saya yang menjadi cosplayer Yamato tersebut menyukai foto tersebut dan dia segera mengunggahnya ke akun World Cosplay nya. Pacarnya yang memotret foto BTS juga mengatakan gaya fotonya tidak seperti foto saya yang biasanya. Hasil yang lumayan untuk percobaan pertama, eh?

Bagaimana Jika Cuaca Berawan?

Satu bahan untuk membuat foto double exposure adalah foto siluet atau foto dengan kontras tinggi. Jika tidak ada sumber pencahayaan kuat seperti matahari, bagaimana kita bisa menghasilkan siluet? Saya menggunakan flash secara nirkabel pada kesempatan sesi foto lain dengan teman-teman di Tamako. Dengan demikian, bayangan yang dihasilkan akan kasar dan memiliki kontras cukup tinggi. Kemudian saya mengisi bagian gelap fotonya dengan tekstur dedaunan yang langitnya dibuat putih untuk mengukir bentuk foto di bagian gelap tersebut.

Sebuah ide tiba-tiba muncul ketika saya melakukannya. Saya pikir akan bagus kelihatannya kalau saja warna tekstur dedaunan itu selaras dengan warna wig sang cosplayer sehingga seolah-olah rambutnya berubah perlahan menjadi dedaunan. Hal ini tentunya akan menambah nilai estetika selain ilusi bentuk tubuh yang diciptakan oleh langit putih. Berikut adalah hasil akhir yang saya peroleh setelah mengaplikasikan proses pengolahan serupa dengan foto sebelumnya:

 

Kesimpulan

Foto double exposure merupakan cara asyik untuk meningkatkan kreatifitas kita dengan memungkinkan kita untuk membuat foto yang menonjolkan bentuk dinamis atau geometri yang kompleks. Memiliki peralatan yang sesuai akan membantu memudahkan kita mengaplikasikan teknik ini, tapi jika tidak punya pun hasil yang serupa tetap bisa dicapai dengan cara atau alternatif lain. Jadi yang terpenting adalah memiliki gambaran kreatif di kepala kita dan kemudian mengomunikasikannya melalui karya foto dengan memanfaatkan sumber daya yang kita miliki.

Comments:

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Share it on your social network:

Or you can just copy and share this url
Recommended for You